Inti Sari ajaran Buddha
Kata-kata terakhir Buddha yang paling terkenal:
“Jadilah lentera pada dirimu sendiri”.
Inti ajaran Buddha yang diajarkan oleh semua aliran dan sekolah buddhisme adalah:
“Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Beruas Delapan”.
Meskipun teori dan prakteknya berbeda-beda.
Tujuan utama Buddha dalam pencariannya adalah untuk mencari pemecahan dari persoalan utama dari semua makhluk yaitu penderitaan.
Ajaran empat kebenaran dan jalan beruas
delapan adalah hasil yang telah dijalani dan dipraktekkan
Buddha,sekaligus resep bagi manusia guna menghadapi penderitaan dan
menemukan kebahagiaan sejati.
Buddha berkata :
” Jika seseorang berhasil menaklukkan 1000 musuh dalam 1000 perperangan
dan seseorang yang satu lagi berhasil menaklukkan dirinya sendiri,ia
adalah penakluk yang sebenarnya”.
Empat Kesunyataan Mulia
1. Kesunyataan Mulia tentang Dukkha
2. Kesunyataan Mulia tentang Asal Mula Dukkha
3. Kesunyataan Mulia tentang Lenyapnya Dukkha
4. Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menunju Lenyapnya Dukkha
1. Kesunyataan Mulia tentang Dukkha
Hidup dalam bentuk apa pun adalah dukkha ( penderitaan)
a. Dilahirkan , usia tua, sakit, mati adalah penderitaan.
b. Berhubungan dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan.
c. Ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan.
d. Tidak memperoleh yang dicita-citakan adalah penderitaan
e. Masih memiliki lima khanda adalah penderitaan
Dukkha dapat juga dibagi sebagai berikut :
a. dukkha-dukkha ialah
penderitaan yang nyata , yang benar di rasakan sebagai penderitaan
tubuh dan batin, misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dan
lain-lain.
b. viparinama-dukkha
ialah merupakan fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia-
berdasarkan sifat ketidakkekalan – didalamnya mengandung benih benih
kekecewaan, kekesalan dan lain-lain.
c. sankhara dukkha – lima khanda ( rupa/jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk pikiran, kesadaran) adalah penderitaan; selama masih ada lima khanda, tidak mungkin terbebas dari sakit fisik.
Kehidupan penuh dengan dukkha (penderitaan)
dan sebenarnya diartikan luas dan menyeluruh terhadap kondisi
keberadaan kita dan tidak mungkin dapat dihindari, maka Buddha melihat
tanpa belas kasihan akan kenyataan kehidupan yang tidak bisa dihindari
dan melihat bahwa kita semua berada di jalan tanpa pintu keluar menuju
kematian.
“Detik
berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti
minggu , minggu berganti bulan , bulan berganti tahun. Siang dan malam
berlalu dengan cepat,hanya sekejap mata kita sudah menjadi tua, meskipun
ada kenangan manis, kenangan ini tidak bertahan lama” . karena ini langkah awal ajaran Buddha adalah menyadari dan mengadapi bahwa kehidupan yang penuh penderitaan.
Buddha berkata : “
Kelahiran diwarnai kesakitan , menjadi tua menyedihkan , penyakit
mengenaskan , kematian menyedihkan , bersatu dengan orang yang tidak
kita sukai menyakitkan , terpisah dengan yang kita cintai menyedihkan
dan semua hal yang tidak memuaskan juga terasa menyedihkan”.
Sekilas penggambaran Buddha terhadap
kehidupan ini seperti pandangan yang pesimis, tetapi Buddha melihat
penderitaan sebagai titik awal bukan akhir , Buddha mengajukan apa yang
menurutnya realistis dan kenyataan dari kondisi kehidupan manusia yang
harus dilalui dan dijalani oleh semua manusia dan kemudian menawarkan
serangkaian cara penyembuhan untuk mampu menahan dan menerima
penderitaan yang harus dijalani oleh semua manusia.
2. Kesunyataan Mulia Tentang Asal Mula Dukkha
Sumber dari penderitaan adalah tanha, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Semakin
diumbar , semakin keras ia mencengkeram. Orang yang pasrah kepada tanha
sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Rasa haus itu bukannya hilang ,bahkan menjadi bertambah ,karena air
asin itu yang mengandung garam. Demikianlah, semakin orang pasrah kepada
tanha semakin keras tanha itu mencengkeramnya.
Dikenal tiga macam tanha, yaitu:
- Kamatanha : kehausan akan kesenangan indriya , ialah kehausan akan:
a. Bentuk-bentuk (indah)
b. Suara-suara (merdu)
c. Wangi-wangian
d. Rasa-rasa (nikmat)
e. Sentuhan-sentuhan (lembut)
f. Betuk-bentuk pikiran
- Bhavatanha
: kehausan untuk lahir kembali sebagai manusia berdasarkan
kepercayaan tentang adanya “atma(roh) yang kekal dan terpisah”(attavada).
- Vibhavatanha: kehausan untuk memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati tamatlah riwayat tiap-tiap manusia (ucchedavada).
Penyebab penderitaan yaitu Tanha (Nafsu
Indriawi). Buddha mengacu pada nafsu indrawi yang berakar dari pandangan
yang mementingkan diri sendiri. Berdasarkan pandangan yang salah
tentang eksinstensi aku dan milikku yang hanya membawa penderitaan ,
semakin kita berusaha memuaskan ego , maka ego kita akan semakin besar
dan semakin haus akan kepuasan, akhirnya kita menjadi budak nafsu dan
akan menjadi penyebab penderitaan.
Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Semua
penderitaan bermula dari khayalan. Prasangka dan keras kepala timbul
dari khayalan. Penderitaan akan mengikuti sebagai hasilnya.
Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Mengejar
kesenangan duniawi adalah penyebab kesengsaraan manusia. Manusia di
dunia ini secara alamiah mengejar kebahagiaan untuk memberi arti bagi
hidup mereka. Namun, seiring dengan perkembangan yang berlebihan
terhadap kesadaran diri timbullah egoisme si aku. karena egoisme si aku,
kita melihat semua benda eksternal berdasarkan perspektif kita sendiri.
Kita secara umum menghakimi dari sudut yang bias berdasarkan sudut
pandang kita sendiri. Kita tidak lagi bisa melihat kebenaran pada segala
hal. Sungguh ironis bahwa penderitaan itu muncul karena kita mengejar
kebahagiaan.
Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Aktivitas
mental kita menilai bermacam-macam aktivitas. Beberapa diantaranya
bersifat negatif dan tidak menghasilkan keuntungan bagi siapa pun.
Beberapa ada yang positif dan menguntungkan semua. Apakah akibat negatif
dari pikiran kita? Mereka adalah : keserakahan, kebencian, khayalan,
nafsu, keras kepala, kemarahan, rasa takut, arogansi, harga diri,
permusuhan, ketidakpuasan, kerinduan, dan sebagainya. Apa yang positif
dari pikiran kita? Mereka adalah : cinta, belas kasih , kesabaran, tidak
mementingkan diri sendiri, keadilan, kebaikan hati, dan sebagainya.
Buddha Sakyamuni berkata : Merasa
malu saat mereka tidak perlu malu, tidak merasa malu saat mereka
seharusnya malu. Merasa takut saat tidak perlu takut dan tidak merasa
takut saat mereka seharusnya takut. Mempercayai tindakan yang benar
sebagai suatu yang salah dan tidak mengenali kesalahan saat kesalahan
itu dibuat. Orang seperti itu pada akhirnya akan berakhir dalam
penderitaan dan kekhawatiran.
Buddha Sakyamuni berkata : Kalau
kita biarkan diri kita menderita karena kepuasan pribadi, maka kita
akan terjebak oleh kemarahan dan kebencian orang lain. Kita akan terus
diikuti oleh kedengkian dan tidak pernah bebas. Tidak melakukan
perbuatan yang seharusnya dilakukan dan melakukan perbuatan yang tidak
seharusnya dilakukan, orang arogan seperti itu yang melakukan segala
sesuatu semaunya sendiri akan menambah kekhawatiran mereka sendiri.
Usahakan mendapatkan dan mempertahankan sesuatu sama seperti mencoba menggenggam udara dengan telapak tangan.
Buddha Sakyamuni berkata : Kalau
pikiran kita ditaklukkan oleh nafsu, maka akan timbul kekacauan yang
tak bisa diperkirakan. Pikiran yang penuh tingkah seperti ini yang
berubah secara instan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun.
Kehidupan
itu tidak kekal, dunia tempat kita diami akan terus berubah, tidak
seseorang pun dapat menghentikan waktu. Buddha berpandangan bahwa nafsu
ego kita tidak akan pernah terpenuhi dan karena itulah frustasi manusia
tidak dapat dihindari.
3. Kesunyataan Mulia Tentang Lenyapnya Dukkha
Kalau tanha dapat disingkirkan,
maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali, karena terbebas
dari semua penderitaan(batin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.
- Sa-upadisesa-Nibbana = Nibbana masih bersisa. Dengan ‘ sisa’ dimaksud bahwa lima khanda itu masih ada.
- An-upadisesa-Nibbana
= Setelah meninggal dunia , seorang Arahat akan mencapai
anupadisesa-nibbana, ialah nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan
pari-nibbana. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata. Misalnya: kalau api padam,
kejurusan mana api itu pergi? Jawaban yang tepat : ‘tidak tau’ sebab api
itu padam karena kehabisan bahan bakar.
Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Semua pembicaraan yang tidak behubungan dengan memadamkan penderitaaan , bukan diajarkan olehku.
Hal
ini membutuhkan transformasi dalam diri kita, melalui semacam
penyadaran kita dapat memahami kebenaran, seperti apa yang dilihat
Buddha dan mencapai penerangan sempurna.
Buddha Sakyamuni berulang kali menginstruksikan pada muridnya Ananda dengan penuh perhatian “
Jangan takut karena tubuh fisikku sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku
telah mengajarimu semua Dhammaku dan tidak menyisakan apa pun. Dimasa
yang akan datang kamu harus menerima Dhamma itu sebagai gurumu. Kamu
juga harus menggunakan Dhamma itu sebagai tempat perlindungan untuk-
melindungi dirimu sendiri. Kamu harus melayani seperti menara apimu
sendiri yang mampu membimbingmu melintasi jalan perbaikan. Membimbing
indramu sendiri dan melakukan refleksi terhadap pikiranmu sendiri.
Berkonsentrasi dengan rajin untuk bisa mencapai tujuan. Tidak pernah
membiarkan berpuas diri”.
4. Kesunyataan mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha
Delapan jalan utama (jalan utama beruas delapan) yang akan membawa kita ke jalan menuju lenyapnya dukkha , yaitu:
Panna
- Pengertian Benar ( samma-ditthi)
- Pikiran Benar ( samma sankappa)
Sila
- Ucapan Benar (samma-vaca)
- Perbuatan Benar (samma kammanta)
- Pencaharian Benar (samma ajiva)
Samadhi
- Daya Upaya Benar (samma vayama)
- Perhatian Benar (samma sati)
- Konsentrasi Benar ( samma samadhi)
Delapan jalan utama ini dapat lebih lanjut diperinci sebagai berikut:
- Pengertian benar
a. Empat Kesunyataan Mulia
b. Hukum Tilakkhana ( Tiga Corak Umum)
c. Hukum Paticca Samuppada
d. Hukum Kamma
Pengertian Benar
: untuk dapat mengoptimalkan ajaran penyembuhan Buddha secara serius.
Ajaran Buddha percaya bahwa untuk dapat melupakan masalah, manusia harus
mencari akar dari masalah dan berusaha memutuskan untuk melakukan
perubahan mulai dari tingkat yang paling dasar yaitu diri sendiri.
Komitmen ini mengawali sebuah proses perubahan. Ajaran Buddha tidak
hanya meminta orang membuat keputusan itu, namun mengajarkan manusia
untuk berkomitmen dalam perjalanan hidupnya.
Buddha sakyamuni berkata : Meskipun
kita telah membaca seribu ayat dari naskah keagamaan, mungkin kita
tidak mengerti artinya sama sekali. Untuk mencapai tujuan memurnikan
diri sendiri adalah lebih baik dengan jalan mengerti satu ayat dan
melaksanakannya.
- Pikiran Benar
a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhama- sankappa)
b. Pikiran yang bebas dari kebencian (evyapada – sankappa)
c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsa – sankappa)
Pikiran yang benar
: pikiran yang benar sama pentingnya dalam kehidupannya ibarat bernafas
. Tujuan utama Buddha adalah mengatasi ketidak tahuan. Tetapi perubahan
tidak akan terjadi hingga seseorang dapat mengendalikan pikiran,
menggunakan kewaspadaan dan pengenalan diri sendiri.
Buddha Sakyamuni berkata : Kita
adalah apa yang kita pikirkan. Bagaimana jadinya kita timbul dari
pikiran kita. Kita menciptakan dunia ini berdasarkan persepsi kita
sendiri. Saat kita bicara/bertindak dengan pikiran yang tidak benar,
kekhawatiran dan penderitaan akan mengikuti kita seperti halnya roda
mengikuti sapi yang menarik pedati.
Jika orang
selalu mengamati pikiran, perasaan dan khayalan , mereka akan mulai
menyadari bagaimana semua itu bersifat sementara dan berubah dengan
sangat cepat, khayalan yang dirasakan nyata oleh semua orang hanyalah
rangkaian peristiwa yang tampaknya bergabung menjadi satu, pada
kenyataannya ego tidak lebih dari rangkaian pengalaman dari keyakinan
yang salah. Pemikiran ego adalah sebuah ilusi. Pada saat seseorang
menyadari hal ini mereka mulai memasuki pikiran yang benar, melihat apa
adanya dan menerima kenyataan maka penderitaan lenyap pikiran menjadi
tenang.
Buddha sakyamuni berkata :
Sama seperti pembuat busur mengencangkan anak panah, orang bijak juga
mengendalikan pikiran mereka yang menyimpang. Dengan kerinduan yang sama
seperti seekor ikan di pinggir pantai merindukan air, orang bijak juga
rindu menghilangkan mimpi buruk spiritual mereka. Kalau kita membiarkan
pikiran kita dimanipulasi oleh nafsu kita, pikiran kita akan menjadi
liar dan kita akan kehilangan kendali atasnya. Di sisi lain,
pengendalian pikiran yang tepat akan menjadikan kita sebagai tuan atas
diri sendiri dan mencapai kemurnian.
- Ucapan Benar
Dapat dinamakan ucapan benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini:
A. Ucapan itu benar
B. Ucapan itu beralasan
C. Ucapan itu berfaedah
D. Ucapan itu tepat pada waktunya
Ucapan yang benar : kita memulai praktek agama Buddha dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan memperhatikan apa yang kita ucapkan, jika anda pernah mendengar suara anda sendiri di kaset, anda
mungkin terkejut mendengar gaya bicara anda dan apa yang anda katakan.
Amati dan dengarkan gaya bicara anda dan apa yang anda katakan, amati
dan dengarkan apa yang anda ucapkan, maka anda mulai mengenal diri sendiri.
Buddha Sakyamuni berkata :
Kalau kita sering merefleksikan diri sendiri secara benar, kita dapat
mengamati dengan jernih bagaimana rangsangan dapat meyebabkan reaksi
dalam kesadaran kita. Kita dapat mengamati dengan jernih bagaimana hati
kita berubah secara bertahap dari kegembiraan menjadi serakah, kemudian
dari keserakahan menjadi menderita dan kemudian penderitaan itu secara
perlahan dilupakan.
Buddha Sakyamuni berkata : Orang
yang bodoh dan bebal memperlakukan dirinya sendiri sebagai musuh,
karena mereka melakukan perbuatan jahat yang kelak akan membebani mereka
dengan buah yang pahit di masa depan. Dengan mencari alasan kenapa
mereka mengatakan sesuatu yang negatif, kita harus mencari tahu kenapa
begitu dan bila kita mulai menyelidiki maka kita tahu bahwa mereka akan
mulai terbuka motivasi yang sebenarnya.
Buddha Sakyamuni berkata : Sekarang,
seperti yang terjadi di masa lalu, tidak peduli bagaimana kita melaukan
sesuatu akan selalu ada orang yang mengkritik kita bahkan kalau kita
diam saja pun, kita tetap akan dikritik. Kalau kita bicara banyak, kita
akan dikritik! Kalau kita bicara sedikit kita dikritik! Sejak jaman
nenek moyang selalu sama. Tidak peduli bagaimana kita melakukan sesuatu
akan selalau ada orang yang mengkritik kita. Karenanya jangan pedulikan
kritikan orang lain, juga jangan biarkan orang lain berpengaruh pada
kesadaran kita.
Terus kita
mulai mempertimbangkan apa tujuan dan kemauan mereka, bila hal itu
sudah tidak masuk akal dan hanya unuk mencari kesenangan dan maunya
sendiri kita harus mulai bersiap siap mengikuti/menjauhi. Dengan
kesadaran dan refleksi diri secara berkelanjutan dapat menolong kita
untuk berkomunikasi dengan lebih positif dan selaras dengan jati diri
anda dan bila tidak sesuai dan selaras dengan jati diri anda, sebaiknya
menjauhi dan dianggap angin saja daripada membawa beban bagi diri kita.
Buddha Sakyamuni berkata : Kalau
seseorang mengumpati aku, ajaranku/disiplinku jangan menjadi
tertekan/terganggu oleh karenanya. Karena reaksi seperti itu tidak
menolong apa- apa dan hanya akan menghasilkan kerusakan yang lebih
besar. Kalau seseorang berdoa untukku , ajaranku dan disiplinku .
janganlah hanyut oleh kegembiraan dan kebanggaan. Reaksi seperti itu
akan mengganggu penilaian yang benar.
Buddha Sakyamuni berkata : Kita
adalah tuan dari pikiran, jangan biarkan umpatan dari luar; doa,
kesuksesan dan kemalangan mempengaruhi hati/pikiranmu. Kita akan mampu
bertahan dari umpatan dan kekasaran orang lain. Mereka yang mampu secara
lembut menerima fakta itu akan mendapatkan kedamaian pikiran, dengan
lembut mempermalukan dunia dan segala istilahnya, maka kita akan
menaklukkan kemarahan kita, menggunakan cinta untuk menggantikan
ketidakpuasan. Ucapan yang benar adalah langkah yang penting dalam
ajaran untuk mengubah diri sendiri.
- Perbuatan Benar
a. Menghindari pembunuhan
b. Menghindari pencurian
c. Menghindari perbuatan asusila
Perbuatan yang benar:
seperti halnya para praktiksi yang mengamati ucapan mereka untuk
menyadari motivasi mereka. Mereka juga memperhatikan perilaku mereka
dengan sungguh-sungguh. Ketika orang mulai memeperhatikan perilaku
mereka yang selama ini dilakukan, mereka mungkin terkejut pada awalnya,
bahwa banyak sekali tindakan-tindakan yang mereka lakukan tanpa mereka
sadari. Menyadari perbedaan ini diawali dengan pengamatan. Buddha
percaya bahwa ketika orang melakukan tindakan benar dan hidup sesuai
dengan tindakan benar penderitaan mereka lenyap.
Buddha Sakyamuni berkata : Dalam
kehidupan manusia, kita semua mengalami banyak lingkaran penderitaan
berulang-ulang. Penderitaan datang dan pergi kemudian datang lagi waktu
ke waktu, tak pernah berakhir. Siapa yang menciptakan penderitaan
seperti itu? Darimana datangnya semua penderitaan? Kita berpikir dan
terheran-heran melihat dan mencari. Kita tetap belum bisa menemukan sang
pencipta penderitaan, sementara sang penderitaan melingkari kita terus
menerus dan tidak pernah meninggalkan kita.
Selanjutnya
renungkan hasil pengamatan ini dan tanyakan pada diri anda sendiri
sebab apa yang memotivasi tindakan ini. Umat Buddha mencoba tidak
termotivasi oleh egonya dan sebaliknya membuka hati untuk perduli pada
kesejahteraan makhluk lain.
- Pencaharian Benar
Lima pencaharian salah harus dihindari yaitu:
A. Penipuan
B. Ketidaksetiaan
C. Penujuman
D. Kecurangan
E. Memungut bunga yang tinggi ( praktek lintah darat)
Di samping itu seorang siswa harus pula menghindari lima macam perdagangan yaitu:
a. Berdagang alat senjata
b. Berdagang makhluk hidup
c. Berdagang daging (atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk hidup)
d. Berdagang minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan
e. Berdagang racun
Mata pencaharian yang benar:
ketika sedang memikirkan cara untuk menghabiskan hidup, kebanyakan
orang akan mengetahui betapa lama sekali waku yang mereka habiskan untuk
bekerja.
Buddha
menganggap karena bekerja ini menghabiskan begitu banyak waktu dalam
sehari, orang seharusnya tidak berharap mendapatkan kedamaian, jika
melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Buddha
dan nilai–nilai ajaran kebenaran. Buddha menyarankan untuk meninggalkan
pekerjaan mereka dan memastikan pekerjaaan itu sesuai dengan jalan
kebenaran dan dengan sesuai jalan kebenaran/nilai-nilai ajaran Buddha
maka akan terbuka jalan menuju penerangan sempurna.
Buddha Sakyamuni berkata:
Orang bodoh mengejar kenikmatan duniawi untuk memuaskan nafsunya, hari
demi hari dan mereka percaya bahwa mereka bahagia. Bisa dikatakan mereka
hanya memakan sejumput rumput dan mengacuhkan seluruh bukit kenikmatan.
Kenikmatan itu cuma senilai seperenam belas dari kegembiraan yang
didapat dari pemurnian diri dan memadamkan nafsu.
Ini
sebabnya dalam melakukan pekerjaan untuk mendapatkan kekayaan dan
kemakmuran kita harus mengikuti ajaran Buddha yang dilakukan dengan
benar dan tidak mengambil jalan pintas.Ada tiga kelompok besar manusia
di dunia ini dalam mendapatkan kemakmuran dan kekayaan :
Yang pertama
: Dan yang paling buruk. Tetapi paling cepat dan resikonya paling besar
dan tidak dapat dihindari dengan cara apapun pasti akan mengenai raga
dan rohaninya, hasil yang diperoleh hanya akan dinikmati sesaat dan akan
hilang dengan cepat dan berakhir dengan penyesalan yang tidak dapat
dihilangkan seumur hidup.
Golongan
pekerjaan ini adalah : merampok, menipu, mencuri, korupsi, membuat orang
lain tidak bisa menjalani hidup dengan baik, membunuh demi uang,
memeras orang lain, menghasut serta bekerja sama untuk menekan orang
lain untuk memaksakan kehendak dan keuntungan pribadi, membuat orang
tidak bisa menjalani hidup dengan damai, mengambil hak yang bukan
haknya, memonopoli semua kebutuhan orang lain hanya untuk mencari
keuntungan sehingga banyak orang menjadi kesulitan, menindas orang lain
dengan kekuasaan untuk mengamankan/membenarkan tindakannya dan itu hanya
untuk mencari keuntungan pribadi, memaksakan kehendak dengan menekan
secara keras dan halus/politik dan sebagainya. Jauhi semua hal diatas
ini yang akan membawa penyesalan seumur hidup dan bertobatlah/berhenti
melakukan agar tidak membawa bencana bagi anak cucumu
Yang kedua
: dan paling mengorbankan hati nurani dan kamu bukan menjadi dirimu
lagi, meskipun terlihat dari luar bahagia tetapi sangat menderita dan
merupakan paling banyak dilakukan orang di dunia ini. Orang seperti itu
mungkin ia terlihat bahagia, makmur, dan terhormat tetapi di dalam
hatinya ia menangis karena ia bagaikan burung dalam sangkar emas, ia
harus hidup dalam bayang-bayang/menjadi pesuruh orang lain dan
mengorbankan pikiran, kebebasan, hak, keahlian dan sebagainya. orang itu
akan kehilangan harga diri dan hati nuraninya sendiri.
Golongan ini
adalah : orang yang mengawini anak orang kaya hanya melihat kekayaan dan
tidak peduli meskipun ia akhirnya dihina dan dikendalikan serta hanya
menjadi barang yang dihiasan, mengawini – anak orang kaya agar dapat
memanfaatkan istri/suaminya untuk menguasai , mengambil dan meguras
kekayaan orang tua yang kaya/saudaranya yang kaya agar ia tidak perlu
bekerja, menjilat orang kaya untuk mendapat keuntungan, membuat masalah
dan pura-pura menyelesaikan masalah untuk mencari keuntungan,
berpura-pura baik / sopan / berkata-kata bijak seperti orang suci pada
orang kaya/ membela orang / selalu yang dikatakan paling benar dengan
memutarbalikan bukti dan kenyataan serta ia berusaha meyakinkan orang
lain dialah yang paling benar dan menuruti apa yang ia katakan tanpa
mempertimbangkan benar/salah agar ia mendapatkan keuntungan,
berpura-pura menjadi orang suci/guru suci padahal dalam hatinya ada
rencana yang tidak baik/ mencari keuntungan saja, menjual diri
sendiri/orang lain demi uang dan kekayaan, memanfaatkan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi dengan tidak membedakan mana yang
benar/salah yang ia pikirkan yang miskin harus mengalah dengan yang kaya
dengan begitu ia akan mendapat keuntungan, menetujui/ikut
serta/menyuruh dan membela anak/ orang
tua/istri/suami/saudaranya/temannya/kenalannya untuk berbuat jahat dan
menekan orang lain, memaksakan kehendaknya dengan cara apapun untuk
memaksa kehendaknya kepada orang lain meskipun hal itu tidak wajar dan
tidak sesuai hati nuraninya dan sebagainya.
Yang ketiga
: dan yang paling memakan waktu yang sangat lama dan memerlukan
kesabaran serta tekad yang kuat. Tetapi akan diwariskan kepada anak
cucunya sebagai kebanggaan dan contoh yang baik. Golongan ini akan
dikagumi orang kaya tetapi juga sangat tidak disukai orang kaya.
Mengapa
demikian? Karena ia bekerja dengan rajin dan berprinsip sangat kuat
sehingga ia tidak bisa ditundukkan dan dipaksa menuruti kehendak orang
lain dan tidak mau merubah prisipnya/mencari jalan pintas, ia akan hidup
apa adanya dan menerima apa adanya sehingga ia diberi impian, pujian
dan tekanan agar ia merubah prinsipnya dan menuruti apapun kehendak
orang lain tanpa membedakan benar/salah supaya ia bisa hidup lebih
makmur dan kaya, tetapi ia tetap pada prinsipnya dan tidak akan
mengorbankan hati nuraninya sendiri.
Meskipun ia
akan hidup lebih susah/sengsara ia akan mencari sendiri apa yang
dicarinya dan bertekad akan merubah hidupnya sendiri daripada ia harus
menjadi orang lain dan mengorbankan hati nuraninya serta prinsip
hidupnya yang selama ini dijalaninya. Itu sebabnya ia akan bertahan dan
tidak merubah prinsip hidupnya sendiri meskipun ia akan membuang
kesempatan menjadi kaya secara cepat.
Mungkin ia
akan dianggap gila, munafik, berpura-pura, sesuka hati, tidak punya
aturan, memaksakan kehendak, sok suci, sok pintar, sok baik, sok benar
dan sebagainya sehingga harus disadarkan, diajari dan ditekan supaya ia
merubah prinsipnya yang dianggap salah. Tetapi ia tetap bertahan pada
prinsipnya. Ia akan semakin menguatkan prinsipnya. Kita semakin ditekan
dan ia menganggap semua itu cobaan dan karma masa lalu. “Bagaikan batu karang yang tetap kokoh meskipun diterjang ombak sebesar apapun”.
“Kebenaran
tetaplah kebenaran, kejahatan tetaplah kejahatan, benar tetaplah benar,
salah tetaplah salah, meskipun diapakan juga benar/salah, baik/jahat,
tulus/tidak tulus, serius/ bermain-main , cuek/perhatian,
peduli/disengaja, bertanggung jawab/egois semua itu sangat berbeda dan
tidak bisa dijaikan satu”
Apapun
yang kita pilih dalam mencari mata pencaharian dari tiga golongan
tersebut kita harus menaggung akibatnya di kemudian hari.
Buddha Sakyamuni berkata : “ Satu jalan mengarahkan kita untuk mengejar keuntungan duniawi, jalan yang lain mengarahkan kita menuju ketenangan kekal.”
- Daya-Upaya Benar
a. Dengan sekuat tenaga mencegah munculnya unsur-unsur jahat dan tidak baik di dalam batin
b. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk memusnahkan unsur-unsur jahat dan tidak baik , yang sudah ada di dalam batin
c. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk membangkitkan unsur-unsur baik dan sehat di dalam batin.
d. Berusaha keras untuk mempernyata, mengembangkan dan memperkuat unsur-unsur baik dan sehat yang sudah ada didalam batin
Tindakan yang benar:
Buddha meyakini bahwa ketika seseorang berbuat sesuai dengan arah yang
benar, perubahan ke arah lebih baik akan terjadi meskipun terkadang
sangat lama. Namun ketika mereka berusaha melakukan tindakan yang tidak
benar secara otomatis mereka mengikuti jalan yang akan menjadi tidak
bahagia dan menderita meskipun ia tinggal di istana sekalipun.
Buddha Sakyamuni berkata : Kalau
kita tahu bahwa seharusnya menghargai diri sendiri, maka tidak
seharusnya kita berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat jahat.
Karena mereka yang memikul buah karma perbuatan jahat tidak akan
mendapat kedamaian dan kegembiraan.
Buddha
mendorong pengikutnya untuk melakukan tindakan yang memedulikan makhluk
lain, misalnya membantu makhluk lain dan menghindari tindakan yang tidak
bijak dan tindakan tersebut disebabkan oleh keserakahan dan kejahatan.
Jika kita selalu melakukan tindakan bijak, kita pasti akan berhasil
mencapai pencerahan.
Buddha Sakyamuni berkata : Saat
orang lain terseret dalam pemanjaan tubuh dan pikiran, orang yang
sedang memperbaiki diriya bekerja mendisiplinkan tubuh dan pikiran.
Seakan-akan orang lain sedang bermimpi dan hanya mereka yang bangun.
Buddha Sakyamuni berkata : Orang
bijak seperti sedang mengendarai seekor kuda yang berlari cepat dan
berhenti seketika, sesuai dengan kehendak mereka. Karenanya mereka
sangat waspada.
Tindakan yang
benar berarti melangkah dengan pasti tetapi tepat, seperti seorang
pelari maraton tidak berlari dengan cepat pada awalnya, kalau tidak
mereka akan kehabisan tenaga sebelum setengah jalan, sama halnya dengan
menyadari setiap kata dan tindakan akan menjadi sangat melelahkan bahkan
terkadang mengganggu. Buddha menyarankan pengikutnya untuk tidak
memaksakan diri sebelum mereka siap.
Pertahankan
ketekunan, namun kita harus menyesuaikannya dengan kesiapan kita secara
pribadi. Bukan belum siap terus menerus tetapi harus mempersiapkan diri
untuk perlahan-lahan memperbaiki tindakannya dan tidak boleh terlambat
karena akan membawa penyesalan karena waktu akan berjalan terus dan
perubahan akan pasti terjadi.
Buddha Sakyamuni berkata : Orang
bijak tahu kesalahan mereka sendiri saat melakukannya dan tahu mereka
tidak memiliki kesalahan saat mereka tidak melakukan kesalahan.
Karenanya selangkah demi selangkah mereka akan mencapai kesempurnaan.
- Perhatian Benar
Perhatian benar ini terdiri dari latihan-latihan vipassana bhavana ( meditasi untuk memperoleh pandangan terang tentang hidup) , yaitu:
a. Kaya-nupassana = perenungan terhadap tubuh
b. Vedana-nupassana = perenungan terhadap perasaan
c. Citta-nupassana = perenungan terhadap kesadaran
d. Dhamma-nupassana = perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran
8. Konsentrasi Benar
Latihan meditsasi untuk mencapai jhana-jhana.
Siswa yang telah berhasil melaksanakan delapan jalan utama memperoleh :
1. Sila-visuddhi – kesucian sila sebagai hasil dari pelaksanaan sila dan terkikis habisnya kilesa.
2. Citta-visuddhi – kesucian bathin sebagai hasil dari pelaksanaan samadhi dan terkikis habisnya nivarana.
3. Ditthi – visudhi – kesucian pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan panna dan terkikis habisnya anusaya.
Konsentrasi yang benar
: pada tahap ini praktisi megeluarkan segala kemampuannya dalam praktek
bermeditasi. Ada bermacam-macam cara bermeditasi : menenangkan pikiran
dengan duduk bersila dan diam mendengarkan lagu dan syair/melatunkan
lagu dan syair dari ajaran Buddha, ada yang duduk memandang dan
mendengarkan suara alam, ada yang melakukan latihan pernafasan , ada
yang memperhatikan pikiran, ada yang memusatkan pikiran pada sebuah
benda, dan sebagainya. Pada posisi bermeditasi ada bermacam-macam : ada
yang duduk, ada yang berbaring, ada yang melakukan gerakan, ada yang
diam pada posisi tertentu, ada yang berdiri, ada yang menekuk badan, ada
yang sambil berjalan, ada yang sambil bekerja dan sebagainya.
Buddha Sakyamuni berkata : Apakah
khayalan itu ? tidak mengetahui masa lalu dan masa depan, dan hubungan
antara masa lalu dengan masa depan, tidak mengetahui yang di dalam dan
yang di luar, dan hubungan antara yang di dalam dan di luar. Tidak
mengetahui perilaku dengan konsekwensi, dan hubungan antara perilaku
dengan konsekwensi.
Tidak
mengetahui para Buddha, Dhamma dan Sangha dan metode untuk mengakhiri
penderitaan. Tidak mengetahui teori penderitaan, penyebab penderitaan,
memadamkan penderitaan dan cara untuk mengakhiri penderitaan. Tidak
mengetahui kebutuhan untuk berlatih metode mengurangi penderitaan dalam
kehidupan sehari-hari . Tidak mengetahui penyebab dari semua hasil yang
ditimbulkan. Tidak mengetahui kebijaksanaan melawan kejahatan, salah
melawan tidak salah, biasa melawan tidak biasa.
Tidak
mengetahui perbedaan antara kebaikan melawan kejahatan dan kecemaran
melawan kemurnian. Tidak mengetahui semua hal di atas. Tidak menyadari
hasil yang akan ditimbulkan oleh keenam indera. Tidak menghargai /tidak
awas/Cuma mengerti sebagian tentang semua penyebab egoisme dan rasa
sakit, kepemilikan dari nafsu yang ditimbulkan.
Pengingkaran yang tolol, kekurangan kebijaksanaan dan ketidakpedulian seperti itu disebut khayalan.
kemudian
seperti sebah pisau yang diasah, kesadaran konsentrasi meditasi
memotong semua ilusi guna melihat dunia secara langsung. umat Buddha
mempercayai bahwa persepsi langsung bukan hanya memungkinkan, namun
benar adanya.
Buddha Sakyamuni berkata : Orang
biasa kan dihanguskan oleh sebelas macam api yang merusak mereka adalah
: kebodohan dan keras kepala, keserakahan, kebencian dan ketidak
puasan, usia ,penyakit, kematian, duka cita, penyesalan, kesedihan,
keputus asaan, dan penderitaan yang berhubungan dengan macam-macam
penyakit fisik dan mental. Setiap orang yang dilanda api emosional ini
mampu membakar seluruh bumi.
Buddha Sakyamuni berkata : Orang
yang bijak tidak bersandar pada teori-teori , Orang bijak tidak pernah
mengikat dirinya. Mereka hanya mempertahankan dan mendengarkan dengan
seksama. Jadi ajaran Buddha lebih mementingkan pengendalian dan jati
diri sendiri, sehingga kita dapat mengendalikan , menguasai dan mengenal
diri sendiri sehingga kita terbebas dari penderitaan.