Kamis, 06 Agustus 2015

Inti Sari ajaran Buddha


Inti Sari ajaran Buddha
 
Kata-kata terakhir Buddha yang paling terkenal:
“Jadilah lentera pada dirimu sendiri”.

Inti ajaran Buddha yang diajarkan oleh semua aliran dan sekolah buddhisme adalah:
“Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Beruas Delapan”.

Meskipun teori dan prakteknya berbeda-beda.
Tujuan utama Buddha dalam pencariannya adalah untuk mencari pemecahan dari persoalan utama dari semua makhluk yaitu penderitaan.

Ajaran empat kebenaran dan jalan beruas delapan adalah hasil yang telah dijalani dan dipraktekkan Buddha,sekaligus resep bagi manusia guna menghadapi penderitaan dan menemukan kebahagiaan sejati.

Buddha berkata : ” Jika seseorang berhasil menaklukkan 1000 musuh dalam 1000 perperangan dan seseorang yang satu lagi berhasil menaklukkan dirinya sendiri,ia adalah penakluk yang sebenarnya”.

Empat Kesunyataan Mulia
1.       Kesunyataan Mulia tentang Dukkha
2.       Kesunyataan Mulia tentang Asal Mula Dukkha
3.       Kesunyataan Mulia tentang Lenyapnya Dukkha
4.       Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menunju Lenyapnya Dukkha

1. Kesunyataan Mulia tentang Dukkha

Hidup dalam bentuk apa pun adalah dukkha ( penderitaan)
a.       Dilahirkan , usia tua, sakit, mati adalah penderitaan.
b.      Berhubungan dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan.
c.       Ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan.
d.      Tidak memperoleh yang dicita-citakan adalah penderitaan
e.      Masih memiliki lima khanda adalah penderitaan

Dukkha dapat juga dibagi sebagai berikut :
a.  dukkha-dukkha  ialah penderitaan yang nyata , yang benar di rasakan sebagai penderitaan tubuh dan batin, misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dan lain-lain.
b. viparinama-dukkha ialah merupakan fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia- berdasarkan sifat ketidakkekalan – didalamnya mengandung benih benih kekecewaan, kekesalan dan lain-lain.
c. sankhara dukkha – lima khanda ( rupa/jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk pikiran, kesadaran) adalah penderitaan;  selama masih ada lima khanda, tidak mungkin terbebas dari sakit fisik.

Kehidupan penuh dengan dukkha (penderitaan) dan sebenarnya diartikan luas dan menyeluruh terhadap kondisi keberadaan kita dan tidak mungkin dapat dihindari, maka Buddha melihat tanpa belas kasihan akan kenyataan kehidupan yang tidak bisa dihindari dan melihat bahwa kita semua berada di jalan tanpa pintu keluar menuju kematian.

“Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu , minggu berganti bulan , bulan berganti tahun. Siang dan malam berlalu dengan cepat,hanya sekejap mata kita sudah menjadi tua, meskipun ada kenangan manis, kenangan ini tidak bertahan lama” . karena ini langkah awal  ajaran Buddha adalah menyadari dan mengadapi bahwa kehidupan yang penuh penderitaan.

Buddha berkata :  “ Kelahiran diwarnai kesakitan , menjadi tua menyedihkan , penyakit mengenaskan , kematian menyedihkan , bersatu dengan orang yang tidak kita sukai menyakitkan , terpisah dengan yang kita cintai menyedihkan dan semua hal yang tidak memuaskan juga terasa menyedihkan”.

Sekilas penggambaran Buddha terhadap kehidupan ini seperti pandangan yang pesimis, tetapi Buddha melihat penderitaan sebagai titik awal bukan akhir , Buddha mengajukan apa yang menurutnya realistis dan kenyataan dari kondisi kehidupan manusia yang harus dilalui dan dijalani oleh semua manusia dan kemudian menawarkan serangkaian cara penyembuhan untuk mampu menahan dan menerima penderitaan yang harus dijalani oleh semua manusia.

2. Kesunyataan Mulia Tentang Asal Mula Dukkha

Sumber dari penderitaan adalah tanha, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Semakin diumbar , semakin keras ia mencengkeram. Orang yang pasrah kepada tanha sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya. Rasa haus itu bukannya hilang ,bahkan menjadi bertambah ,karena air asin itu yang mengandung garam. Demikianlah, semakin orang pasrah kepada tanha semakin keras tanha itu mencengkeramnya.

Dikenal tiga macam tanha, yaitu:
  1. Kamatanha : kehausan akan kesenangan indriya , ialah kehausan akan:
a.       Bentuk-bentuk (indah)
b.      Suara-suara (merdu)
c.       Wangi-wangian
d.      Rasa-rasa (nikmat)
e.      Sentuhan-sentuhan (lembut)
f.        Betuk-bentuk pikiran
  1. Bhavatanha : kehausan untuk lahir kembali sebagai manusia berdasarkan kepercayaan tentang adanya “atma(roh) yang kekal dan terpisah”(attavada).
  2. Vibhavatanha: kehausan untuk memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati tamatlah riwayat tiap-tiap manusia (ucchedavada).
Penyebab penderitaan yaitu Tanha (Nafsu Indriawi). Buddha mengacu pada nafsu indrawi yang berakar dari pandangan yang mementingkan diri sendiri. Berdasarkan pandangan yang salah tentang eksinstensi aku dan milikku yang hanya membawa penderitaan , semakin kita berusaha memuaskan ego , maka ego kita akan semakin besar dan semakin haus akan kepuasan, akhirnya kita menjadi budak nafsu dan akan menjadi penyebab penderitaan.

Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata :  Semua penderitaan bermula dari khayalan. Prasangka dan keras kepala timbul dari khayalan. Penderitaan akan mengikuti sebagai hasilnya.

Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Mengejar kesenangan duniawi adalah penyebab kesengsaraan manusia. Manusia di dunia ini secara alamiah mengejar kebahagiaan untuk memberi arti bagi hidup mereka. Namun, seiring dengan perkembangan yang berlebihan terhadap kesadaran diri timbullah egoisme si aku. karena egoisme si aku, kita melihat semua benda eksternal berdasarkan perspektif kita sendiri. Kita secara umum menghakimi dari sudut yang bias berdasarkan sudut pandang kita sendiri. Kita tidak lagi bisa melihat kebenaran pada segala hal. Sungguh ironis bahwa penderitaan itu muncul karena kita mengejar kebahagiaan.

Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Aktivitas mental kita menilai bermacam-macam aktivitas. Beberapa diantaranya bersifat negatif dan tidak menghasilkan keuntungan bagi siapa pun. Beberapa ada yang positif dan menguntungkan semua. Apakah akibat negatif dari pikiran kita? Mereka adalah : keserakahan, kebencian, khayalan, nafsu, keras kepala, kemarahan, rasa takut, arogansi, harga diri, permusuhan, ketidakpuasan, kerinduan, dan sebagainya. Apa yang positif dari pikiran kita? Mereka adalah : cinta, belas kasih , kesabaran, tidak mementingkan diri sendiri, keadilan, kebaikan hati, dan sebagainya.

Buddha Sakyamuni berkata : Merasa malu saat mereka tidak perlu malu, tidak merasa malu saat mereka seharusnya malu. Merasa takut saat tidak perlu takut dan tidak merasa takut saat mereka seharusnya takut. Mempercayai tindakan yang benar sebagai suatu yang salah dan tidak mengenali kesalahan saat kesalahan itu dibuat. Orang seperti itu pada akhirnya akan berakhir dalam penderitaan dan kekhawatiran.

Buddha Sakyamuni berkata : Kalau kita biarkan diri kita menderita karena kepuasan pribadi, maka kita akan terjebak oleh kemarahan dan kebencian orang lain. Kita akan terus diikuti oleh kedengkian dan tidak pernah bebas. Tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan dan melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan, orang arogan seperti itu yang melakukan segala sesuatu semaunya sendiri akan menambah kekhawatiran mereka sendiri.

Usahakan mendapatkan dan mempertahankan sesuatu sama seperti mencoba menggenggam udara dengan telapak tangan.

Buddha Sakyamuni berkata : Kalau pikiran kita ditaklukkan oleh nafsu, maka akan timbul kekacauan yang tak bisa diperkirakan. Pikiran yang penuh tingkah seperti ini yang berubah secara instan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun.
Kehidupan itu tidak kekal, dunia tempat kita diami akan terus berubah, tidak seseorang pun dapat menghentikan waktu. Buddha berpandangan bahwa nafsu ego kita tidak akan pernah terpenuhi dan karena itulah frustasi manusia tidak dapat dihindari.

3.  Kesunyataan Mulia Tentang Lenyapnya Dukkha

Kalau tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali, karena terbebas dari semua penderitaan(batin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.
  1. Sa-upadisesa-Nibbana = Nibbana masih bersisa. Dengan ‘ sisa’ dimaksud bahwa lima khanda itu masih ada.
  2. An-upadisesa-Nibbana = Setelah meninggal dunia , seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan pari-nibbana. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Misalnya: kalau api padam, kejurusan mana api itu pergi? Jawaban yang tepat : ‘tidak tau’ sebab api itu padam karena kehabisan bahan bakar.
Buddha Sakyamuni suatu saat pernah berkata : Semua pembicaraan yang tidak behubungan dengan memadamkan penderitaaan , bukan diajarkan olehku.
Hal ini membutuhkan transformasi dalam diri kita, melalui semacam penyadaran kita dapat memahami kebenaran, seperti apa yang dilihat Buddha dan mencapai penerangan sempurna.

Buddha Sakyamuni  berulang kali menginstruksikan pada muridnya Ananda dengan penuh perhatian “ Jangan takut karena tubuh fisikku sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku telah mengajarimu semua Dhammaku dan tidak menyisakan apa pun. Dimasa yang akan datang kamu harus menerima Dhamma itu sebagai gurumu. Kamu juga harus menggunakan Dhamma itu sebagai tempat perlindungan untuk- melindungi dirimu sendiri. Kamu harus melayani seperti menara apimu sendiri yang mampu membimbingmu melintasi jalan perbaikan. Membimbing indramu sendiri dan melakukan refleksi terhadap pikiranmu sendiri. Berkonsentrasi dengan rajin untuk bisa mencapai tujuan. Tidak pernah membiarkan berpuas diri”.

4. Kesunyataan mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha
Delapan jalan utama (jalan utama beruas delapan) yang akan membawa kita ke jalan menuju lenyapnya dukkha , yaitu:
Panna
  1. Pengertian Benar ( samma-ditthi)
  2. Pikiran Benar ( samma sankappa)
Sila
  1. Ucapan Benar (samma-vaca)
  2. Perbuatan Benar (samma kammanta)
  3. Pencaharian Benar (samma ajiva)
Samadhi
  1. Daya Upaya Benar (samma vayama)
  2. Perhatian Benar (samma sati)
  3. Konsentrasi Benar ( samma samadhi)
Delapan jalan utama ini dapat lebih lanjut diperinci sebagai berikut:
  1. Pengertian benar
a.       Empat Kesunyataan Mulia
b.      Hukum Tilakkhana ( Tiga Corak Umum)
c.       Hukum Paticca Samuppada
d.      Hukum Kamma
Pengertian Benar : untuk dapat mengoptimalkan ajaran penyembuhan Buddha secara serius. Ajaran Buddha percaya bahwa untuk dapat melupakan masalah, manusia harus mencari akar dari masalah dan berusaha memutuskan untuk melakukan perubahan mulai dari tingkat yang paling dasar yaitu diri sendiri. Komitmen ini mengawali sebuah proses perubahan. Ajaran Buddha tidak hanya meminta orang membuat keputusan itu, namun mengajarkan manusia untuk berkomitmen dalam perjalanan hidupnya.

Buddha sakyamuni berkata : Meskipun kita telah membaca seribu ayat dari naskah keagamaan, mungkin kita tidak mengerti artinya sama sekali. Untuk mencapai tujuan memurnikan diri sendiri adalah lebih baik dengan jalan mengerti satu ayat dan melaksanakannya.

  1. Pikiran Benar
a.       Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhama- sankappa)
b.      Pikiran yang bebas dari kebencian (evyapada – sankappa)
c.       Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsa – sankappa)

Pikiran yang benar : pikiran yang benar sama pentingnya dalam kehidupannya ibarat bernafas . Tujuan utama Buddha adalah mengatasi ketidak tahuan. Tetapi perubahan tidak akan terjadi hingga seseorang dapat mengendalikan pikiran, menggunakan kewaspadaan dan pengenalan diri sendiri.

Buddha Sakyamuni berkata : Kita adalah apa yang kita pikirkan. Bagaimana jadinya kita timbul dari pikiran kita. Kita menciptakan dunia ini berdasarkan persepsi kita sendiri. Saat kita bicara/bertindak dengan pikiran yang tidak benar, kekhawatiran dan penderitaan akan mengikuti kita seperti halnya roda mengikuti sapi yang menarik pedati.

Jika orang selalu mengamati pikiran, perasaan dan khayalan , mereka akan mulai menyadari bagaimana semua itu bersifat sementara dan berubah dengan sangat cepat, khayalan yang dirasakan nyata oleh semua orang hanyalah rangkaian peristiwa yang tampaknya bergabung menjadi satu, pada kenyataannya ego tidak lebih dari rangkaian pengalaman dari keyakinan yang salah. Pemikiran ego adalah sebuah ilusi. Pada saat seseorang menyadari hal ini mereka mulai memasuki pikiran yang benar, melihat apa adanya dan menerima kenyataan maka penderitaan lenyap pikiran menjadi tenang.

Buddha sakyamuni berkata : Sama seperti pembuat busur mengencangkan anak panah, orang bijak juga mengendalikan pikiran mereka yang menyimpang. Dengan kerinduan yang sama seperti seekor ikan di pinggir pantai merindukan air, orang bijak juga rindu menghilangkan mimpi buruk spiritual mereka. Kalau kita membiarkan pikiran kita dimanipulasi oleh nafsu kita, pikiran kita akan menjadi liar dan kita akan kehilangan kendali atasnya. Di sisi lain, pengendalian pikiran yang tepat akan menjadikan kita sebagai tuan atas diri sendiri dan mencapai kemurnian.

  1. Ucapan Benar
Dapat dinamakan ucapan benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini:
A.      Ucapan itu benar
B.      Ucapan itu beralasan
C.      Ucapan itu berfaedah
D.      Ucapan itu tepat pada waktunya

Ucapan yang benar : kita memulai praktek agama Buddha dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan memperhatikan apa yang kita ucapkan,  jika anda pernah mendengar suara anda sendiri di kaset,  anda mungkin terkejut mendengar gaya bicara anda dan apa yang anda katakan. Amati dan dengarkan gaya bicara anda dan apa yang anda katakan, amati dan dengarkan apa yang anda ucapkan,  maka anda mulai mengenal diri sendiri.

Buddha Sakyamuni berkata : Kalau kita sering merefleksikan diri sendiri secara benar, kita dapat mengamati dengan jernih bagaimana rangsangan dapat meyebabkan reaksi dalam kesadaran kita. Kita dapat mengamati dengan jernih bagaimana hati kita berubah secara bertahap dari kegembiraan menjadi serakah, kemudian dari keserakahan menjadi menderita dan kemudian penderitaan itu secara perlahan dilupakan.

Buddha Sakyamuni berkata : Orang yang bodoh dan bebal memperlakukan dirinya sendiri sebagai musuh, karena mereka melakukan perbuatan jahat yang kelak akan membebani mereka dengan buah yang pahit di masa depan. Dengan mencari alasan kenapa mereka mengatakan sesuatu yang negatif, kita harus mencari tahu kenapa begitu dan bila kita mulai menyelidiki maka kita tahu bahwa mereka akan mulai terbuka motivasi yang sebenarnya.

Buddha Sakyamuni berkata : Sekarang, seperti yang terjadi di masa lalu, tidak peduli bagaimana kita melaukan sesuatu akan selalu ada orang yang mengkritik kita bahkan kalau kita diam saja pun, kita tetap akan dikritik. Kalau kita bicara banyak, kita akan dikritik! Kalau kita bicara sedikit kita dikritik! Sejak jaman nenek moyang selalu sama. Tidak peduli bagaimana kita melakukan sesuatu akan selalau ada orang yang mengkritik kita. Karenanya jangan pedulikan kritikan orang lain, juga jangan biarkan orang lain berpengaruh pada kesadaran kita.

Terus kita mulai mempertimbangkan apa tujuan dan kemauan mereka, bila hal itu sudah tidak masuk akal dan hanya unuk mencari kesenangan dan maunya sendiri kita harus mulai bersiap siap mengikuti/menjauhi. Dengan kesadaran dan refleksi diri secara berkelanjutan dapat menolong kita untuk berkomunikasi dengan lebih positif dan selaras dengan jati diri anda dan bila tidak sesuai dan selaras dengan jati diri anda, sebaiknya menjauhi dan dianggap angin saja daripada membawa beban bagi  diri kita.

Buddha Sakyamuni berkata : Kalau seseorang mengumpati aku, ajaranku/disiplinku jangan menjadi tertekan/terganggu oleh karenanya. Karena reaksi seperti itu tidak menolong apa- apa dan hanya akan menghasilkan kerusakan yang lebih besar. Kalau seseorang berdoa untukku , ajaranku dan disiplinku . janganlah hanyut oleh kegembiraan dan kebanggaan. Reaksi seperti itu akan mengganggu penilaian yang benar.

Buddha Sakyamuni berkata : Kita adalah tuan dari pikiran, jangan biarkan umpatan dari luar; doa, kesuksesan dan kemalangan mempengaruhi hati/pikiranmu. Kita akan mampu bertahan dari umpatan dan kekasaran orang lain. Mereka yang mampu secara lembut menerima fakta itu akan mendapatkan kedamaian pikiran, dengan lembut mempermalukan dunia dan segala istilahnya, maka kita akan menaklukkan kemarahan kita, menggunakan cinta untuk menggantikan ketidakpuasan. Ucapan yang benar adalah langkah yang penting dalam ajaran untuk mengubah diri sendiri.

  1. Perbuatan Benar
a.       Menghindari pembunuhan
b.      Menghindari pencurian
c.       Menghindari perbuatan asusila

Perbuatan yang benar: seperti halnya para praktiksi yang mengamati ucapan mereka untuk menyadari motivasi mereka. Mereka juga memperhatikan perilaku mereka dengan sungguh-sungguh. Ketika orang mulai memeperhatikan perilaku mereka yang selama ini dilakukan, mereka mungkin terkejut pada awalnya, bahwa banyak sekali tindakan-tindakan yang mereka lakukan tanpa mereka sadari. Menyadari perbedaan ini diawali dengan pengamatan. Buddha percaya bahwa ketika orang melakukan tindakan benar dan hidup sesuai dengan tindakan benar penderitaan mereka lenyap.

Buddha Sakyamuni berkata : Dalam kehidupan manusia, kita semua mengalami banyak lingkaran penderitaan berulang-ulang. Penderitaan datang dan pergi kemudian datang lagi waktu ke waktu, tak pernah berakhir. Siapa yang menciptakan penderitaan seperti itu? Darimana datangnya semua penderitaan? Kita berpikir dan terheran-heran melihat dan mencari. Kita tetap belum bisa menemukan sang pencipta penderitaan, sementara sang penderitaan melingkari kita terus menerus dan tidak pernah meninggalkan kita.

Selanjutnya renungkan hasil pengamatan ini dan tanyakan pada diri anda sendiri sebab apa yang memotivasi tindakan ini. Umat Buddha mencoba tidak termotivasi oleh egonya dan sebaliknya membuka hati untuk perduli pada kesejahteraan makhluk lain.

  1. Pencaharian Benar
Lima pencaharian salah harus dihindari yaitu:
A.      Penipuan
B.      Ketidaksetiaan
C.      Penujuman
D.      Kecurangan
E.       Memungut bunga yang tinggi ( praktek lintah darat)

Di samping itu seorang siswa harus pula menghindari lima macam perdagangan yaitu:
a.       Berdagang alat senjata
b.      Berdagang makhluk hidup
c.       Berdagang daging (atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk hidup)
d.      Berdagang minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan
e.      Berdagang racun

Mata pencaharian yang benar: ketika sedang memikirkan cara untuk menghabiskan hidup, kebanyakan orang akan mengetahui betapa lama sekali waku yang mereka habiskan untuk bekerja.

Buddha menganggap karena bekerja ini menghabiskan begitu banyak waktu dalam sehari, orang seharusnya tidak berharap mendapatkan kedamaian, jika melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Buddha dan nilai–nilai ajaran kebenaran. Buddha menyarankan untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan memastikan pekerjaaan itu sesuai dengan jalan kebenaran dan dengan sesuai jalan kebenaran/nilai-nilai ajaran Buddha maka akan terbuka jalan menuju penerangan sempurna.

Buddha Sakyamuni berkata: Orang bodoh mengejar kenikmatan duniawi untuk memuaskan nafsunya, hari demi hari dan mereka percaya bahwa mereka bahagia. Bisa dikatakan mereka hanya memakan sejumput rumput dan mengacuhkan seluruh bukit kenikmatan. Kenikmatan itu cuma senilai seperenam belas dari kegembiraan yang didapat dari pemurnian diri dan memadamkan nafsu.

Ini sebabnya dalam melakukan pekerjaan untuk mendapatkan kekayaan dan kemakmuran kita harus mengikuti ajaran Buddha yang dilakukan dengan benar dan tidak mengambil jalan pintas.Ada tiga kelompok besar manusia di dunia ini dalam mendapatkan kemakmuran dan kekayaan :
Yang pertama : Dan yang paling buruk. Tetapi paling cepat dan resikonya paling besar dan tidak dapat dihindari dengan cara apapun pasti akan mengenai raga dan rohaninya, hasil yang diperoleh hanya akan dinikmati sesaat dan akan hilang dengan cepat dan berakhir dengan penyesalan yang tidak dapat dihilangkan seumur hidup. 

Golongan pekerjaan ini adalah : merampok, menipu, mencuri, korupsi, membuat orang lain tidak bisa menjalani hidup dengan baik, membunuh demi uang, memeras orang lain, menghasut serta bekerja sama untuk menekan orang lain untuk memaksakan kehendak dan keuntungan pribadi, membuat orang tidak bisa menjalani hidup dengan damai, mengambil hak yang bukan haknya, memonopoli semua kebutuhan orang lain hanya untuk mencari keuntungan sehingga banyak orang menjadi kesulitan, menindas orang lain dengan kekuasaan untuk mengamankan/membenarkan tindakannya dan itu hanya untuk mencari keuntungan pribadi, memaksakan kehendak dengan menekan secara keras dan halus/politik dan sebagainya. Jauhi semua hal diatas ini yang akan membawa penyesalan seumur hidup dan bertobatlah/berhenti melakukan agar tidak membawa bencana bagi anak cucumu

Yang kedua : dan paling mengorbankan hati nurani dan kamu bukan menjadi dirimu lagi, meskipun terlihat dari luar bahagia tetapi sangat menderita dan merupakan paling banyak dilakukan orang di dunia ini. Orang seperti itu mungkin ia terlihat bahagia, makmur, dan terhormat tetapi di dalam hatinya ia menangis karena ia bagaikan burung dalam sangkar emas, ia harus hidup dalam bayang-bayang/menjadi pesuruh orang lain dan mengorbankan pikiran, kebebasan, hak, keahlian dan sebagainya. orang itu akan kehilangan harga diri dan hati nuraninya sendiri.

Golongan ini adalah : orang yang mengawini anak orang kaya hanya melihat kekayaan dan tidak peduli meskipun ia akhirnya dihina dan dikendalikan serta hanya menjadi barang yang dihiasan, mengawini – anak orang kaya agar dapat memanfaatkan istri/suaminya untuk menguasai , mengambil dan meguras kekayaan orang tua yang kaya/saudaranya yang kaya agar ia tidak perlu bekerja, menjilat orang kaya untuk mendapat keuntungan, membuat masalah dan pura-pura menyelesaikan masalah untuk mencari keuntungan, berpura-pura baik / sopan / berkata-kata bijak seperti orang suci pada orang kaya/ membela orang / selalu yang dikatakan paling benar dengan memutarbalikan bukti dan kenyataan serta ia berusaha meyakinkan orang lain dialah yang paling benar dan menuruti apa yang ia katakan tanpa mempertimbangkan benar/salah agar ia mendapatkan keuntungan, berpura-pura menjadi orang suci/guru suci padahal dalam hatinya ada rencana yang tidak baik/ mencari keuntungan saja, menjual diri sendiri/orang lain demi uang dan kekayaan, memanfaatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan tidak membedakan mana yang benar/salah yang ia pikirkan yang miskin harus mengalah dengan yang kaya dengan begitu ia akan mendapat keuntungan, menetujui/ikut serta/menyuruh dan membela anak/ orang tua/istri/suami/saudaranya/temannya/kenalannya untuk berbuat jahat dan menekan orang lain, memaksakan kehendaknya dengan cara apapun untuk memaksa kehendaknya kepada orang lain meskipun hal itu tidak wajar dan tidak sesuai hati nuraninya dan sebagainya.

Yang ketiga : dan yang paling memakan waktu yang sangat lama dan memerlukan kesabaran serta tekad yang kuat. Tetapi akan diwariskan kepada anak cucunya sebagai kebanggaan dan contoh yang baik. Golongan ini akan dikagumi orang kaya tetapi juga sangat tidak disukai orang kaya.

Mengapa demikian? Karena ia bekerja dengan rajin dan berprinsip sangat kuat sehingga ia tidak bisa ditundukkan dan dipaksa menuruti kehendak orang lain dan tidak mau merubah prisipnya/mencari jalan pintas, ia akan hidup apa adanya dan menerima apa adanya sehingga ia diberi impian, pujian dan tekanan agar ia merubah prinsipnya dan menuruti apapun kehendak orang lain tanpa membedakan benar/salah supaya ia bisa hidup lebih makmur dan kaya, tetapi ia tetap pada prinsipnya dan tidak akan mengorbankan hati nuraninya sendiri.

Meskipun ia akan hidup lebih susah/sengsara ia akan mencari sendiri apa yang dicarinya dan bertekad akan merubah hidupnya sendiri daripada ia harus menjadi orang lain dan mengorbankan hati nuraninya serta prinsip hidupnya yang selama ini dijalaninya. Itu sebabnya ia akan bertahan dan tidak merubah prinsip hidupnya sendiri meskipun ia akan membuang kesempatan menjadi kaya secara cepat.

Mungkin ia akan dianggap gila, munafik, berpura-pura, sesuka hati, tidak punya aturan, memaksakan kehendak, sok suci, sok pintar, sok baik, sok benar dan sebagainya sehingga harus disadarkan, diajari dan ditekan supaya ia merubah prinsipnya yang dianggap salah. Tetapi ia tetap bertahan pada prinsipnya. Ia akan semakin menguatkan prinsipnya. Kita semakin ditekan dan ia menganggap semua itu cobaan dan karma masa lalu. “Bagaikan batu karang yang tetap kokoh meskipun diterjang ombak sebesar apapun”.

Kebenaran tetaplah kebenaran, kejahatan tetaplah kejahatan, benar tetaplah benar, salah tetaplah salah, meskipun diapakan juga benar/salah, baik/jahat, tulus/tidak tulus, serius/ bermain-main , cuek/perhatian, peduli/disengaja, bertanggung jawab/egois semua itu sangat berbeda dan tidak bisa dijaikan satu
Apapun yang kita pilih dalam mencari mata pencaharian dari tiga golongan tersebut kita harus menaggung akibatnya di kemudian hari.

Buddha Sakyamuni berkata : “ Satu jalan mengarahkan kita untuk mengejar keuntungan duniawi, jalan yang lain mengarahkan kita menuju ketenangan kekal.”

  1. Daya-Upaya Benar
a.       Dengan sekuat tenaga mencegah munculnya unsur-unsur jahat dan tidak baik di dalam batin
b.      Dengan sekuat tenaga berusaha untuk memusnahkan unsur-unsur jahat dan tidak baik ,  yang sudah ada di dalam batin
c.       Dengan sekuat tenaga berusaha untuk membangkitkan unsur-unsur baik dan sehat di dalam batin.
d.      Berusaha keras untuk mempernyata, mengembangkan dan memperkuat unsur-unsur baik dan sehat yang sudah ada didalam batin

Tindakan yang benar: Buddha meyakini bahwa ketika seseorang berbuat sesuai dengan arah yang benar, perubahan ke arah lebih baik akan terjadi meskipun terkadang sangat lama. Namun ketika mereka berusaha melakukan tindakan yang tidak benar secara otomatis mereka mengikuti jalan yang akan menjadi tidak bahagia dan menderita meskipun ia tinggal di istana sekalipun.

Buddha Sakyamuni berkata : Kalau kita tahu bahwa seharusnya menghargai diri sendiri, maka tidak seharusnya kita berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat jahat. Karena mereka yang memikul buah karma perbuatan jahat tidak akan mendapat kedamaian dan kegembiraan.

Buddha mendorong pengikutnya untuk melakukan tindakan yang memedulikan makhluk lain, misalnya membantu makhluk lain dan menghindari tindakan yang tidak bijak dan tindakan tersebut disebabkan oleh keserakahan dan kejahatan. Jika kita selalu melakukan tindakan bijak, kita pasti akan berhasil mencapai pencerahan.
Buddha Sakyamuni berkata : Saat orang lain terseret dalam pemanjaan tubuh dan pikiran, orang yang sedang memperbaiki diriya bekerja mendisiplinkan tubuh dan pikiran. Seakan-akan orang lain sedang bermimpi dan hanya mereka yang bangun.

Buddha Sakyamuni berkata : Orang bijak seperti sedang mengendarai seekor kuda yang berlari cepat dan berhenti seketika, sesuai dengan kehendak mereka. Karenanya mereka sangat waspada.

Tindakan yang benar berarti melangkah dengan pasti tetapi tepat, seperti seorang pelari maraton tidak berlari dengan cepat pada awalnya, kalau tidak mereka akan kehabisan tenaga sebelum setengah jalan, sama halnya dengan menyadari setiap kata dan tindakan akan menjadi sangat melelahkan bahkan terkadang mengganggu. Buddha menyarankan pengikutnya untuk tidak memaksakan diri sebelum mereka siap.

Pertahankan ketekunan, namun kita harus menyesuaikannya dengan kesiapan kita secara pribadi. Bukan belum siap terus menerus tetapi harus mempersiapkan diri untuk perlahan-lahan memperbaiki tindakannya dan tidak boleh terlambat karena akan membawa penyesalan karena waktu akan berjalan terus dan perubahan akan pasti terjadi.

Buddha Sakyamuni berkata : Orang bijak tahu kesalahan mereka sendiri saat melakukannya dan tahu mereka tidak memiliki kesalahan saat mereka tidak melakukan kesalahan. Karenanya selangkah demi selangkah mereka akan mencapai kesempurnaan.

  1.  Perhatian Benar
Perhatian benar ini terdiri dari latihan-latihan vipassana bhavana ( meditasi untuk memperoleh pandangan terang tentang hidup) , yaitu:
a.       Kaya-nupassana = perenungan terhadap tubuh
b.      Vedana-nupassana = perenungan terhadap perasaan
c.       Citta-nupassana = perenungan terhadap kesadaran
d.      Dhamma-nupassana = perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran

    8.    Konsentrasi Benar

Latihan meditsasi untuk mencapai jhana-jhana.
Siswa yang telah berhasil melaksanakan delapan jalan utama memperoleh :
1.         Sila-visuddhi – kesucian sila sebagai hasil dari pelaksanaan sila dan terkikis habisnya kilesa.
2.         Citta-visuddhi – kesucian bathin sebagai hasil dari pelaksanaan samadhi dan terkikis habisnya nivarana.
3.         Ditthi – visudhi – kesucian pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan panna dan terkikis habisnya anusaya.

Konsentrasi yang benar : pada tahap ini praktisi megeluarkan segala kemampuannya dalam praktek bermeditasi. Ada bermacam-macam cara bermeditasi : menenangkan pikiran dengan duduk bersila dan diam mendengarkan lagu dan syair/melatunkan lagu dan syair dari ajaran Buddha, ada yang duduk memandang dan mendengarkan suara alam, ada yang melakukan latihan pernafasan , ada yang memperhatikan pikiran, ada yang memusatkan pikiran pada sebuah benda, dan sebagainya. Pada posisi bermeditasi ada bermacam-macam : ada yang duduk, ada yang berbaring, ada yang melakukan gerakan, ada yang diam pada posisi tertentu, ada yang berdiri, ada yang menekuk badan, ada yang sambil berjalan, ada yang sambil bekerja dan sebagainya.

Buddha Sakyamuni berkata : Apakah khayalan itu ? tidak mengetahui masa lalu dan masa depan, dan hubungan antara masa lalu dengan masa depan, tidak mengetahui yang di dalam dan yang di luar, dan hubungan antara yang di dalam dan di luar. Tidak mengetahui perilaku dengan konsekwensi, dan hubungan antara perilaku dengan konsekwensi.

Tidak mengetahui para Buddha, Dhamma dan Sangha dan metode untuk mengakhiri penderitaan. Tidak mengetahui teori penderitaan, penyebab penderitaan, memadamkan penderitaan dan cara untuk mengakhiri penderitaan. Tidak mengetahui kebutuhan untuk berlatih metode mengurangi penderitaan dalam kehidupan sehari-hari . Tidak mengetahui penyebab dari semua hasil yang ditimbulkan. Tidak mengetahui kebijaksanaan melawan kejahatan, salah melawan tidak salah, biasa melawan tidak biasa.

Tidak mengetahui perbedaan antara kebaikan melawan kejahatan dan kecemaran melawan kemurnian. Tidak mengetahui semua hal di atas. Tidak menyadari hasil yang akan ditimbulkan oleh keenam indera. Tidak menghargai /tidak awas/Cuma mengerti sebagian tentang semua penyebab egoisme dan rasa sakit, kepemilikan dari nafsu yang ditimbulkan.

Pengingkaran yang tolol, kekurangan kebijaksanaan dan ketidakpedulian seperti itu disebut khayalan.

kemudian seperti sebah pisau yang diasah, kesadaran konsentrasi meditasi memotong semua ilusi guna melihat dunia secara langsung. umat Buddha mempercayai bahwa persepsi langsung bukan hanya memungkinkan, namun benar adanya.

Buddha Sakyamuni berkata : Orang biasa kan dihanguskan oleh sebelas macam api yang merusak mereka adalah : kebodohan dan keras kepala, keserakahan, kebencian dan ketidak puasan, usia ,penyakit, kematian, duka cita, penyesalan, kesedihan, keputus asaan, dan penderitaan yang berhubungan dengan macam-macam penyakit fisik dan mental. Setiap orang yang dilanda api emosional ini mampu membakar seluruh bumi.

Buddha Sakyamuni berkata : Orang yang bijak tidak bersandar pada teori-teori , Orang bijak tidak pernah mengikat dirinya. Mereka hanya mempertahankan dan mendengarkan dengan seksama. Jadi ajaran Buddha lebih mementingkan pengendalian dan jati diri sendiri, sehingga kita dapat mengendalikan , menguasai dan mengenal diri sendiri sehingga kita terbebas dari penderitaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kotbah terakhir SANG BUDDHA D i Hutan Sala milik Suku Malla, di antara Pohon Sala besar di dekat Kusinara, Sang Buddha memberikan kot...