Jumat, 08 September 2017

Kebencian Pencuri Kebahagiaan


Hasil gambar untuk kebencian dalam buddha
Kita hidup berbahagia karena tanpa membenci di tengah-tengah orang yang penuh kebencian.
Di antara orang-orang yang saling membenci kita hidup tanpa kebencian.
(Dhammapada, Sukha Vagga 197)

   Kebencian atau dosa dalam bahasa Pāḷi merupakan salah satu bentuk kekotoran batin yang menjadi akar dari kejahatan, selain lobha (keserakahan) dan moha (kegelapan batin). Dengan adanya kebencian yang muncul dalam diri seseorang, maka akan memunculkan kemarahan, iri hati, jengkel, dan dendam, sehingga perbuatan yang dilakukan lewat tubuh, ucapan, dan pikiran menjadi tidak terkendali dan tidak sesuai dengan Dhamma ajaran Buddha, misalnya ucapannya kasar, dengan tangannya ia memukul, pikirannya menjadi keruh, penuh dendam, dan mengharapkan orang lain celaka.

Dalam hidup ini tentu kita semua pernah mengalami dibenci oleh seseorang atau bahkan membenci seseorang. Dibenci seseorang bukanlah merupakan keburukan atau kejahatan, melainkan merupakan buah atau akibat dari perbuatan buruk yang sudah kita lakukan di waktu lampau (kamma vipāka), jadi kita tidak perlu takut akan hal ini. Sedangkan membenci seseorang inilah yang merupakan keburukan/kejahatan, jadi takutlah akan hal ini.

Sebab munculnya kebencian

Apakah yang membuat munculnya kebencian dalam diri? Penyebab munculnya kebencian adalah karena kita pernah dirugikan orang lain, sedang dirugikan orang lain, dan akan dirugikan orang lain. Selain itu kebencian bisa muncul dalam diri adalah karena seseorang yang kita sayangi pernah dirugikan orang lain, sedang dirugikan orang lain, dan seseorang yang kita sayangi akan dirugikan orang lain, atau karena orang yang tidak kita sukai pernah dibantu orang lain, sedang dibantu orang lain dan karena orang yang tidak kita sukai akan dibantu orang lain, atau karena iri hati, merasa tidak senang atau tidak suka dengan kebahagiaan makhluk lain, atau karena merasa tersinggung/ terganggu sehingga seseorang menjadi marah dan penuh kebencian. Hal ini tentunya disebabkan karena besarnya ego/keakuan di dalam diri seseorang.

Akibat dan kerugian seseorang yang memiliki sifat kebencian

Seseorang yang mempunyai sifat membenci, marah, jengkel atau mempunyai sifat pendendam, ada beberapa kerugian yang akan diterimanya. Dalam kitab suci Aṅguttara Nikāya, Buddha menjelaskan akibat dan kerugian bagi seseorang yang memiliki sifat membenci, yaitu;

1. Ia akan kelihatan jelek meskipun berbusana rapi.

2. Ia akan terbujur kesakitan (tidak bisa tidur nyenyak meskipun tidur di kasur yang empuk sekalipun).

3. Ia hanya akan melakukan perbuatan yang akan membawa pada kerusakan dan penderitaan.

4. Ia akan menghabiskan kekayaan yang diperolehnya dengan susah payah dan bahkan bisa berurusan dengan hukum.

5. Ia akan kehilangan nama baiknya.

6. Ia akan dijauhi teman, saudara dan orang-orang yang dikasihinya.

7. Setelah meninggal dan tubuhnya hancur akan terlahir di alam yang menderita.

Kalau kita mau merenungkan lebih dalam, sesungguhnya tidak ada untungnya kita menyimpan kebencian, kejengkelan, kemarahan maupun dendam di dalam diri, karena hal ini akan membuat diri sendiri jauh dari kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan. Lebih lanjut ketika seseorang menyimpan kebencian, kejengkelan atau dendam dalam dirinya dan memiliki niat buruk atau jahat kepada orang lain, sebelum ia mencelakai orang lain dengan kemarahannya, sesungguhnya ia telah melukai dan menyakiti dirinya sendiri. Hal ini diibaratkan seperti kita meraup arang yang sedang membara untuk melempar orang lain, tangan kitalah yang akan terbakar terlebih dahulu sebelum kita sempat mencelakai orang lain. Hal itu sama dengan kita meraup kotoran untuk melempar orang lain, tentu tangan kita sendiri yang lebih dulu berbau kotoran busuk sebelum sempat dilemparkan ke orang lain. Jadi, singkirkan dan buanglah jauh-jauh kebencian di dalam diri, karena dengan demikian kita akan menjadi damai, tenang, dan bahagia.

Cara mencegah munculnya kebencian

Kebencian adalah sikap mental yang tidak sehat dan hanya menyebarkan kegelapan dan menghalangi pengertian benar. Kebencian merintangi; kasih membebaskan. Kebencian mencekik; kasih melapangkan. Kebencian membawa kegetiran; kasih membawa damai. Kebencian menghasut; kasih menenangkan, melegakan, menghangatkan. Kebencian memisahkan; kasih menyatukan. Kebencian membawa kekerasan; kasih melembutkan. Kebencian menjatuhkan; kasih menolong. Dengan menyadari nilai-nilai kasih, kita seharusnya menghilangkan kebencian.

Dalam kitab suci Aṅguttara Nikāya V, 161. Buddha menjelaskan ada lima hal yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kebencian, yaitu:

1. Mettā: Cinta kasih harus dikembangkan.

2. Karuṇā: Welas asih/belas kasihan harus dikembangkan.

3. Upekkhā: Keseimbangan batin harus dikembangkan.

4. Asati-amanasikara: Berusaha melupakan kebencian itu.

5. Kammasakata: Merenungkan tentang kepemilikan kamma masing-masing (tanggung jawab kamma).

Dengan sering kita memancarkan mettā di dalam diri kepada semua makhluk, maka kebencian tidak akan masuk ke dalam batin, sehingga kita tidak akan menjadi marah, jengkel, dendam, dan penuh kebencian. Selain itu ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan sering mengembangkan mettā. Hal ini dijelaskan oleh Buddha dalam Kitab Suci Aṅguttara Nikāya XI, 16. Ada sebelas manfaatnya, yaitu: Tidur dengan nyenyak. Tidak ada mimpi buruk. Dicintai oleh manusia. Dicintai oleh makhluk bukan manusia (binatang, makhluk halus, dan lain-lain). Akan dilindungi para dewa. Api, racun dan senjata tidak bisa melukainya. Pikirannya mudah terkonsentrasi. Kulit wajahnya jernih. Akan meninggal dengan tenang (tidak bingung). Jika tidak menembus lebih tinggi, maka akan terlahir kembali di alam brahma.

Oleh karena itu, marilah bersama-sama menjauhkan diri dan meninggalkan kebencian di dalam diri dan selalu mengembangkan cinta kasih/ mettā setiap saat. Cara yang paling mudah untuk mengembangkan mettā adalah dengan sering-sering mengucapkan perenungan kata-kata di dalam batin kita demikian; “semoga semua makhluk hidup berbahagia, semoga semua makhluk hidup berbahagia” kapanpun dan dimanapun kita berada, baik pada waktu kita sedang duduk, berdiri, berjalan maupun berbaring. Atau dapat juga dengan membaca paritta Karaṇīyamettā Sutta atau Khandha Paritta beserta artinya.

Jangan biarkan kebahagiaan kita menjadi berkurang bahkan hilang hanya karena kebencian, kemarahan, kejengkelan, dendam atau iri hati muncul dalam batin kita. Semoga kita semua terbebas dari dibenci dan membenci, terbebas dari didengki dan mendengki, terbebas dari menyakiti dan disakiti, terbebas dari penderitaan batin dan jasmani, terbebas dari iri hati, keserakahan, dan kegelapan batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kotbah terakhir SANG BUDDHA D i Hutan Sala milik Suku Malla, di antara Pohon Sala besar di dekat Kusinara, Sang Buddha memberikan kot...